
Dalam mengasah skill,
harus melalui beberapa tahapan proses, diantaranya, menentukan
cita-cita. Setelah cita-cita ditentukan, baru kemudian berfikir,
bagaimana caranya untuk sampai pada cita-cita tersebut. Nah, dalam
menentukan ‘cara’ tersebut, ada beberapa hal yang bisa ditempuh,
diantaranya, belajar langsung sama ahlinya, kemudian pelajari dari
sekian buku yang memuat tentang, agar sampai pada cita-cita tersebut,
perlengkap lagi dengan tindakan untuk melakukan shering dengan sekian
orang yang dianggap mampuni dalam bidang cita-cita tersebut. Shering
dilakukan untuk menguji dan memperdalam dari sekian pengetahuan tentang
cita-cita yang dimaksud. Setelah beberapa rangkaian tersebut ditempuh,
evaluasilah tingkat keberhasilannya, tentukan hal yang sudah tercapai
dan yang belum tercapai. Nah, yang tidak tercapai itulah pelajari lagi,
kenapa tidak tercapai?, terus pelajari lagi dengan mengulangi beberapa
tahapan diatas. Selama beberapa tahapan diatas ditekuni, selama itu pula
kemungkinan untuk sampai pada cita-cita yang di inginkan lebih mungkin
dicapai.
Mereka yang hanya
bercita-cita tanpa didukung oleh usaha maksimal, selama itu pula
cita-cita tersebut hanya sekedar cita-cita. Tidak akan pernah menjadi
nyata.
Sungguh penting skill,
tanpa skill seseorang akan kelimpungan. Skill juga yang akan menentukan
nasib seseorang diabad ke-XXI ini, abad yang mempertaruhkan skill
sebagai ujung tombak ketercapaian seseorang dalam hal apapun saja yang
dipertaruhkan. Skill sebagai pertaruhan satu-satunya dalam peradaban
kehidupan manusia kini. Tanpa skill, bisa jadi manusia dianggap mati!.
Kenapa saya berani
mengatakan skill sebagai satu-satunya aspek penting yang harus
diperhatikan?, karena skill akan menjadi kunci seseorang dalam
menentukan keberhasilan hidupnya.
Sebenarnya, kaum muda,
terlebih yang menjadi mahasiswa, punya peluang yang sangat besar dalam
mengasah skill tersebut. Fisik masih sehat, otak masih segar, diasah
untuk mengigat dan menghafal hal-hal yang berat sekalipun masih mungkin,
psikis belum punya tekanan sebasar orang tua. Kebutuhan hidup
sehari-hari rata-rata masih di suplai sepenuhnya oleh orang tua atau
yang mewakilinya. Ini peluang emas dalam mengasah skill, selama kaula
muda mampu memaksimalkan waktunya dalam mengasah skill tersebut, selama
itu pula harapan menjadi orang sukses itu lebih mungkin. Kenapa?, karena
orang sukses dan orang hebat yang kita temui, rata-rata melalui proses
yang tidak mudah dan pertaruhannya adalah skill.
Jika dengan menyandang
status mahasiswa masih merasa nganggur, berarti mahasiswa tersebut belum
bisa mempersibuk dirinya dalam mengasah skill sebagai senjata utama
setelah mahasiswa tersebut lulus. Hanya sebagai contoh, jika misal
saudara berada di fakultas hukum, pelajari betul tentang hukum, asah
betul akan penguasaan tentang hukum, sehingga tentang hukum benar-benar
bisa memahami dan memperaktekkannya, setelah lulus, skill di bidang
hukum itulah yang akan dipertaruhkan. Begitu juga dengan fakultas lain.
Bila skill-nya ecek-ecek, bisa jadi tidak laku, ketika tidak laku,
kadang mau melakukan apa saja agar bisa menghasilkan uang, termasuk
korupsi sekalipun.
Maka dari itulah, mari,
atas nama kaula muda, khususnya yang menyandang status mahasiswa, agar
memaksimalkan diri dalam mengasah skill diantara kita. Karena bila skill
sudah laku, uang dan yang lainnya, akan ikut dengan sendirinya.
Pentignya Skill
Dalam beberapa bulan
terahir ini, saya mengamati daftar lowongan pekerjaan yang di iklankan
di media. Hampir 99%, pertaruhan utamanya adalah skill. Termasuk bila
mau jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sekalipun, sudah tidak lagi
menggunakan pendekatan ‘wani piro’ sebagaimana pernah marak terjadi pada
zaman Orde Baru. Tapi harus melalui proses seleksi yang ketat
berdasarkan skill yang ada. Skill seakan-akan penentu segalanya,
walaupun yang lain juga menentukan.
Ternyata, tidak hanya
peluang kerja yang di iklankan di media yang memprioritaskan skill, tapi
juga peluang kerja dibidang ngupas kelapa muda, cukur rambut, sol
sepatu, sampai tukang bersih-bersih sekalipun membutuhkan skill yang
memadai. Asah dan pertajamlah skill, karena bila tidak, bersiap-siaplah
tergilas oleh peradaban hidup yang sudah mempertaruhkan skill.
Categories: